Sabtu, 09 Mei 2020

Membahas Puisi Tidak Pantas

Pada artikel kali ini saya akan membahas puisi tidak pantas dengan judul "Sampai Kapan" oleh Thinkcreart. Sebelum kita lanjut, yang perlu digarisbawahi yaitu pembahasan ini akan menggiring ke perspektif penulis puisi. Dengan kata lain, kita mengupas apa yang ingin disampaikan bahkan apa yang dirasakan oleh penulis puisi. Kita akan membahas per-bait.

"Sekujur tubuh berduyun-duyun memalsukan lebihnya kerinduan,
Hanya karena tak mampu memuslihatkan tutur yang menyatukan
daripada isyarat hati penuh ungkapan."

Pada bait tersebut, jelas penulis mengatakan bahwa dia berpura-pura seperti tidak merasakan apa-apa yang padahal penulis memendam rasa kerinduannya, karena ada pertimbangan yang membuat penulis tidak mampu untuk mengungkapkan sekalipun hatinya begitu ingin meluapkannya

Lanjut,

"Telah aku idamkan, tapi tak berselasar
Telah aku siasatkan, tapi tak berjajar
Telah aku rasakan, tapi tak menjalar"

Dibait kedua ini, jelas penulis telah mencoba untuk mengatasi keresahannya seperti pada bait pertama. Penulis telah begitu mendambakan, tetapi jadinya tidak berarah dengan capaian yang pasti. Penulis telah mengatur siasat untuk mengungkapkan yang penulis rasakan, tetapi jadinya berantakan, dan semua hal tentang kerinduan atau mendambakan seseorang telah penulis rasakan, tetapi tidak tersampaikan ke orangnya. Intinya dari bait kedua tersebut, semuanya terjadi karena ia tidak mengungkapkan.

Ending,

"Ubun-ubun digelitik oleh kecupan tamparan waktu,
Rambut sibuk merenungi akarnya,
Marah, aku salah
Diam, aku geram
Sampai kapan?
Sesampainya rasa kepantasan..."

Pada bait terakhir ini terjawab kenapa penulis memilih untuk tidak mengungkapkan atau memendam apa yang dia rasakan. Semua sudah memuncak apa yang ia rasakan, hanya sebatas mampu merenungi, mau marah ia menyalahkan dirinya, mau diam dia sudah tidak tahan, namun tidak tau sampai kapan ia akan seperti itu kecuali ia merasa sudah pantas bagi orang yang ia idamkan.

Dan disini saya akan membocorkan rahasia dari penulis, si penulis tidak mau menuliskan apa yang membuat dia merasa tidak pantas dengan pujaan hatinya karena biar puisi ini bisa dimaknai secara general. Apa yang membuat dia merasa tidak pantas? karena dia mendambakan seseorang yang gaya hidupnya berbeda jauh dengan dirinya. Sederhananya, orang biasa mendambakan orang kaya. Si penulis sadar diri bahwa dia tidak/belum mampu untuk mengikuti gaya hidup orang yang dia dambakan.

Mungkin teman-teman ada yang merasakan hal yang sama dengan penulis puisi "Sampai Kapan". Tapi saya penasaran nih, apakah ada teman-teman yang berada diposisi sebaliknya?

Terakhir, sebelum menutup artikel kali ini, kami ingin menyampaikan maaf karena sempat vakum. Untuk selanjutnya kami akan sering update di blog ini selain di instagram.

Salam Ber-kreatif !

Klik juga tautan dibawah ini teman-teman. Terima kasih !
(Promosi-1) (Promosi-2)

Think Creart !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar